BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sekarang ini,
drama berkembang pesat melalui sinetron yang ditayangkan di televisi. Sinetron
singkatan dari sinema elektronik, yaitu film yang diputar di media elektronik.
Proses pembuatan film salah satunya dimulai dengan penulisan skenario atau
naskah. Penulis naskah skenario memiliki peran yang sangat penting dalam
pembuatan film atau pementasan drama.
Banyak aktor dan aktris terkenal yang memulai
kariernya dari dunia teater. Kepiawaian mereka dalam berakting menjadi salah
satu sumber penghidupan dan bahkan dapat membuat mereka hidup layak. Sekali
lagi, kemampuan seperti itu tidak datang begitu saja. Semua dijalani dengan
keseriusan, ketekunan, dan kerja keras sehingga mampu mencapai posisi puncak
dalam kariernya.
Henrik Johan Ibsen adalah seorang dramatis Norwegia yang berpengaruh (lahir
di Skien, Norwegia, 20 Maret 1828 – meninggal di Kristiania (Oslo), Norwegia, 23 Mei1906 pada umur 78 tahun). Ia berperan besar dalam perkembangan drama realistik dan dijuluki sebagai "bapak drama modern"). Ada yang
mengatakan bahwa Ibsen adalah pengarang drama yang karyanya paling banyak
dipentaskan di dunia setelah Shakespeare. Dia merupakan salah seorang
dramatis terpenting dalam sejarah dunia.
Ibsen mendirikan drama modern dengan memperkenalkan mata yang kritis dan
penelitian yang bebas ke dalam kondisi-kondisi kehidupan serta masalah-masalah
moralitas. Drama-drama zaman Victoria yang umum pada masa itu diharapkan
menampilkan kisah-kisah moral dengan tokoh-tokohnya yang mulia dipertarungkan melawan
kekuatan-kekuatan gelap.
Setiap drama diharapkan berakhir dengan kesimpulan yang secara moral
dianggap layak, dalam arti bahwa kebaikan pasti akan menghasilkan kebahagiaan,
dan imoralitas hanya akan menghasilkan penderitaan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
itu naskah, pengarang, dalam drama
2.
Bagaimana
pementasan drama
3.
Hal
apa yang terdapat dalam pementasan drama
4.
Apa
fungsi penonton terhadap pementasan drama drama
BAB II
PEMBAHASAN
C.
Pengertian Drama
Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani “draomai”
yang berarti berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya. Drama adalah hidup
yang dilukiskan dengan gerak. Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok
drama.
Drama adalah salah satu bentuk karya sastra yang berisi lakon hidup
manusia yang ditulis dalam bentuk dialog dan dapat dipentaskan.
D. Naskah,
Pengarang, Pementasan, Penonton
Naskah drama adalah salah satu genre karya sastra yang sejajar dengan
prosa dan puisi. Berbeda dengan prosa maupun puisi, naskah drama memiliki
bentuk sendiri yaitu ditulis dalam bentuk dialog yang didasarkan atas konflik
batin dan mempunyai kemungkinan dipentaskan (Waluyo, 2003: 2).
Naskah drama merupakan karya sastra yang terdiri atas unsur-unsur
pembangun. Naskah drama mencakup cerita yang ditulis dalam bentuk dialog dan
berisi lakon hidup tokoh-tokohnya. Naskah drama memberikan gambaran pementasan
yang akan dilakukan, seperti tema, amanat, tokoh-tokoh yang terlibat, dialog
antartokoh, jalan cerita yang dibangun, latar yang digunakan, dan lain sebagainya.
Menurut Sendarasik naskah drama merupakan bahan dasar sebuah pementasan
dan belum sempurna bentuknya apabila belum dipentaskan. Naskah drama juga
sebagai ungkapan pernyataan penulis(play wright) yang berisi nilai-nilai
pengalaman umum juga merupakan ide dasar bagi aktor.
Berdasarkan pengertian diatas naskah drama dapat diartikan suatu karangan
atau cerita yang berupa tindakan atau perbuatan yang masih berbentuk teks atau
tulisan yang belum diterbitkan (pentaskan). Yang akan diteliti dalam penelitian
ini adalah naskah drama
Naskah-naskah drama yang ditulis
tahun 1930-an nilai sastranya cukup tinggi, tetapi kemungkinan pentasnya tidak
meyakinkan. Naskah yang demikian bersifat komunikatif. Bahasanya adalah bahasa
yang hidup dalam masyarakat.
Keunggulan naskah drama adalah pada konflik yang dibangun. Konflik
menentukan penanjakan-penanjakan kea rah klimaks. Jawaban terhadap konflik itu
akan melahirkan suspense dan kejutan. Tingkat keterampilan penulis drama
ditentukan oleh keterampilan menjalin konflik yang diwarnai oleh kejutan dan
suspense yang belum pernah dicipta oleh orang lain.
Naskah yang kuat jika dipentaskan akan mempunyai kemunkinan berhasil.
Jikka sutradaranya mendukung cerita, peralatan teknismemadai, maka naskah yang
kuat akan menghasilkan pementasan yang bermutu.
Di sisi lain yang harus diperhatikan yaitu peonton. Penonton termasuk
unsur yang penting dalam suatu pementasan. Suatu pementasan tidak akan dapat
berlangsung sempurna jika tidak ada penonton. Penonton biasanya menyesuaikan
dengan cerita yang dimainkan dalam drama. Ada pementasan yang ditujukan untuk
penonton semua usia atau hanya penonton usia tertentu, seperti anak-anak atau
orang dewasa.
Meskipun pementasan bermutu,
tetapi jikan daya apresasi penonton tidak sesuai dengan jenis tontonan itu,
maka pertunjukan kemungkinana gagal karena penonton tidak mampu menghayati
tontonannya sesuai dengan tuntunan tontonan itu. Sebaliknya dengan daya
apresiasi penonton yang cukup, pemntasandarama akan menaarik dan sukses. Ada
hubungan timbal balik dan saling menentukan antara pengarang, naskah,
pementasan dan penonton drama. Diperlukan kesatuan tafsir antara pengarang,
pelaku pementasan dan penonton drama. Dalam hal ini kritikus drama dapat
berperan mendekatkan ketiganya itu.
Dalam drama M-1 diartikan menghayalkan, M-2 berarti menuliskan, M-3
berarti memainkan, dan M-4 berarti menonton. Dalam hal ini naskah drama
sebenarnya merupakan model paling utama untuk suatu pementasan drama yang baik,
jika dipentaskan oleh sutradara dan aktor yang baik.
Dalam menilai suatu naskah, maka harus diperhatikan hal-hal berikut ini.
1.
tema
relevan dengan keperluan pementasan
2.
konflik
cukup tajam ditandai oleh plot yang penuh kejutan dan dialog yang mantap
3.
watak
pelakunya mengandung pertentangan yang memungkinkan ketajaman konflik
4.
bahasanya
mudah dihayati dan komunikatif
5.
mempunyai
kemungkinan pementasan
sering
penulis drama yang masih coba-coba menulis langsung ingin terkenal dengan cara
menulis karya-karya kontemporer atau eksperimental, padahal penulis drama
eksperimental harus terlebih dahulu menguasai penulisan drama biasa. Akibatnya
naskah yang disusun “sok eksperimental” ini tidak memenuhi kriteria sebagai
naskah yang memiliki nilai dramatic.
Untuk
mengatasi masalah naskah ini, dapat ditempuh beberapa cara sebagai berikut.
1.
pusat
dokumentasi sastra H. B. Jassin. Dengan mengajukan permohonan foto copy, bisa
didapatkan sejumlah naskah dari dramawa-dramawan Indonesia atau naskah dari
luar yang pernah dipentaskan di Indonesia.
2.
Taman
Ismail Marzuki. Seksi Teater dari Dewan Kesenian Jakarta yang berkantor di TIM.
Drama-drama yang dipentaskan di TIM sudah disleksi. Jadi, mutu dapat
dipertanggungjawwabkan.
3.
Grup
Teater. Naskah dapat diminta atau dibeli pada beberapa grup teater yang sudah
mapan dan memiliki bank naskah atau penulis naskah, seperti: Teater Kecil,
Teater Popuer, Teater Mandiri, Teater Koma, Teater September (Ali Sahab) dan
sebagainya
4.
Memproduksi
naskah sendiri. Jika mencoba menulis naskah sendiri jangan “sok modern” dan
“sok kontemporer” untuk menutupi kelemahan naskahnya itu. Susunlah naskah biasa
dengan kriteria penulisan penulisan seperti naskah drama konvensional dengan
berpijak pada pementasan dan naskah yang cukup bermutu.
5.
Untuk
dapat berlatih menulis drama dengan baik, beberapa pengalaman penulis dapat
dikemukakan sebagai berilut:
a.
mulailah
menulis drama dari cerita rakyat atau roman terkenal yang mempunyai unsur
dramatic yang tinggi dan dapat dikemukakan dalam beberapa setting.
b.
Role Playing. Di sekolah, latihan menulis drama
dapat dimulai dengan Role Playing atau
bermain peran.
Role Playing dapat dikembangkan menjadi
sosiodrama.
Misalnya:
mengungkapkan kembali sejarah perjuangan bangsa, atau melikiskan kepahlawanan
diponegoro, wolter monginsidi, jendral sudirman dan sebagainya. Drama-drama
berisi nasihat pesan khusus di televise dapat berbentuk sosiodrama. Seringkalibpesannya
terlalu mencolok, sehingga unsur estetisnya kurang mendapat perhatian (unsur
pendidikan harus disampaikan dalam bentuk sandi, artinya tidak terlalu
semata-mata Dalam sosiodrama pemecahan masalah juga harus cukup logis, artinya
harus bener-bner memecahkan masalah jangan setiap bertemu pak RT masalahnya
kemudian beres, sebab pada kenyataanya tidak selalu demmikian)
E. Pementasan Drama
Pementasan drama biasa disebut juga denganteater. Jadi, drama mencakup
dua hal, yaitu drama sebagai karya sastra dan drama sebagai sebuah pementasan.
Pementasan drama merupakan gabungan antara seni sastra dan seni
pertunjukan. Drama pada awalnya ditulis dalam bentuk naskah atau teks. Naskah
tersebut kemudian dijadikan sebuah pementasan.
Pementasan drama merupakan
kerja kolektif. Keberhasilan suatu pementasan tidak hanya ditentukan oleh
sutradara, tetapi melibatkan banyak unsur yang secara serentak dan kompleks
harus mendukung pementasan itu.
Pementasan drama merupakan
karya kolektif yang dikordinasikan oleh sutradara, yaitu pekerja teater yang
dengan kecakapan dan keahliannya memimpin aktor-aktris dan pekerja teknis dalam
pementasan. Selain itu ada pula produser yang memberikan biaya pementasan.
Biasanya sutradara tidak bisa merangkap sebagai manager pementasan, demikian
juga sutradara tidak mampu mengkoordinasikan seluruh teknis. Untuk itu diadakan
asisten sutradara yang tugasnya membantu sutradara dalam menangani tugas
koordinasi itu, sedangkan art direction membidangi
hal-hal yang bersifat artistic (bukan teknis) seperti: rias, kostum, lampu, sound
effect, dan sebagainya.
a.
Aktor dan Casting
Aktor dan aktris
merupakan tulang punggung pementasan. Dengan aktor-aktris yang tepat dan berpengalaman,
dapat dimungkinkan pementasan yang bermutu,jika naskah baik dan sutradaranya
cakap.
Aktor dan aktris
merupakan pelaksana pementasan yang membawakan ide cerita langsung dihadapan
public. Untuk dapat berperan sebagai aktor yang baik diperlukan proses latihan
yang cukup panjang. Keterbukaan jiwa untuk menerima peran yang baru merupakan
syarat yang dapat mempermudah seseorang berperan dengan baik. Metode acting yang sesuai dengam masa kini
adalah metode yang mementingkan latihan sukma atau latihan psikologis.
Pemilihan peran yang tepat, kiranya akan membantu keberhasilan pementasan.
Untuk suatu pementasan
diperlukan suatu latihan yang terus menerus dalam waktu memadai agar pemain
dapat menghayati peranannya. Latihan itu berupa latihan fisik, psikis dan
penyesuaian dengan peralatan artistic serta peralatan teknis. Pemain yang mahir
ber-acting, disebut aktor, yang
biasanya dibedakan dengan bintang. Bintang mengandalkan kemasyhuran dan
kecantikan atau ketampanan, sedangkan aktor mengandalkan pada kemampuan ber-acting. Pemain watak mampu memainkan
berbagai watak dan peran.
Pemilihan aktor-aktris biasanya disebut casting. Ada 5 macam teknik
casting, yaitu sebagai berikut:
1.
Casting by Ability; pemilihan peran berdasar kecakapan
atau kemahiran yang sama atau mendekati peran yang dibawakan. Kecerdasan
seseorang memegang peranan penting dalam membawakan peran yang sulit dan
dialognya panjang. Tokoh utama suatu lakon disamping persyaratan fisik dan psikologis,
juga dituntut memiliki kecerdasan yang cukup tinggi, sehingga daya hafaldan
daya tangkap yang cukup cepat.
2.
Casting to Type; pemilihan pemeran berdasarkan atas
kecocokan fisik si pemain. Tokoh tua dibawakan oleh orang tua, tokoh pedagang
dibawakan oleh orang yang berjiwa dagang, dan sebagainya.
3.
Anti Type Casting; pemilihan pemeran bertentangan
dengan watak dan ciri fisik yang dibawakan. Sering pula disebut educational casting karena bermaksud
mendidik seseorang memerankan watak dan tokoh yang berlawanan dengan wataknya
sendiri dan ciri fisiknya sendiri.
4.
Casting to Emotional Temperament; adalah pemilihan pemeran berdasarkan
observasi kehidupan pribadi calon pemeran. Mereka yang mempunyai banyak
kecocokan dengan peran yang dibawakan dalam hal emosi dan temperamennya, akan
dipilih membawakan tokoh itu. Pengalaman masa lalu dalam hal emosi akan
memudahkan pemeran tersebut dalam menghayati dan menampilkan dirinya sesuai
dengan tuntunan cerita. Temperamen yang cocok juga akan membantu proses
penghayatan diri peran yang dibawakan.
5. Therapeutic Casting; adalah pemilihan pemeran dengan maksud untuk penyembuhan terhadap
ketidaksimbangan psikologis dalam diri seseorang. Biasanya watak dan temperamen
pemeran bertentangan dengan tokoh yang dibawakan. Misalnya, orang yang selalu
ragu-ragu, harus berperan sebagai orang yang tegas, cepat memutuskan sesuatu.
Seseorang yang curang memerankan tokoh yang jujur atau penjahat berperan
sebagai polisi. Jika kelainan jiwa cukup serius, maka bimbingan khusus
sutradara akan membantu proses therapeutic itu.
Untuk dapat memilih pemeran dengan tepat,
maka hendaknya pelatih drama membuat daftar yang berisi inventarisasi watak
pelaku yang harus dibawakan, baik secara psikologis, fisiologis maupun
sosiologis. Watak pelaku harus dirumuskan secara jelas. Sebab hanya dengan
begitu, dapat dipilih pemeran lakon dengan lebih cepat.
b.
Sutradara
Sutradara adalah orang
yang berperan penting dan memiliki tanggung jawab paling besar dalam pementasan
drama. Seorang sutradara bertugas memilih naskah drama yang layak untuk
dipentaskan, memilih pemain yang sesuai dengan karakter tokoh dalam drama,
menentukan tata panggung, tata rias, dan tata busana yang akan digunakan dalam
pementasan. Tugas utama sutradara yang lainnya adalah mengarahkan seluruh jalan
cerita, termasuk adegan yang dilakukan oleh pemain.
Sutradara mempunyai
tugas sentral yang berat dalam pementasan ini. Tidak hanya acting para pemain
yang harus diurusinya, tetapi juga kebutuhan yang berhubungan artistic dan
teknis. Music yang bagaimana yang dibutuhkan, pentas seperti apa yang harus
diatur, penyiaran, tata rias, kostum dan sebagainya. Semua diatur atas
persetujuan sutradara. Sebab itu, sutradara harus menguasai hal-hal yang
berhubungan dengan segi artistik dan segi teknis pementasan. Lebih idealnya
sekiranya pernah menangani bagian-bagian tersebut. Sutradara perlu memiliki technical know how tentang bidang teknis
dan artistic pementasan, meskipun untuk bidang itu dipercayakan kepada orang
lain.
Ada beberapa tipe
sutradara, yaitu sebagai berikut:
1.
Berdasarkan
bagaimana mempengaruhi jiwa pemain, ada dua macam sutradara, yaitu:
a.
Sutradara
teknikus, yang mementingkan segi luar yang bergemerlapan.
b.
Sutradara
psikolog dramatic, yang mementingkan penggambaran watak secara psikologis dan
tidak begitu menghiraukan faktor-faktor teknis atau luar. Tipe inilah yang
sekarang banyak dianut, dengan pelopornya Constantin Stanislavsky dan Richard Boleslavsky.
Konflik-konflik kejiwaan lebih ditonjolkan daripada hal-hal fisik dan artistic.
2.
Berdasarkan
cara melatih pemain, ada tiga tipe sutradara, yaitu:
a.
Sutradara
Interpretator yang hanya berpegang pada interprestasinya terhadap naskah secara
kaku.
b.
Sutradara
Kreator yang secara kreatif menciptakan variasi baru.
c.
Gabungan
interpreator dan sekaligus creator. Sutradara tipe ini dipandang yang paling
baik.
3.
Berdasarkan
cara penyutradaraan, terdapat dua macam cara, yaitu:
a.
Cara
Diktator atau cara Gordon Craig, yang seluruh langkah pemainnya ditentukan oleh
sutradara.
b.
Cara
Laissez Faire, yang aktor-aktrisnya merupakan pencipta permainan dan peranan
sutradara sebagai sebagai supervisor yang membiarkan pemain melakukan proses
kreatif.
c.
Penata pentas
Untuk
menghidupkan peran di pentas, peralatan teknis akan membantu. Peralatan
tersebut meliputi: pengaturan pentas (stage),
dekorasi (scenery), tata lampu (lighting), tata suara (sound system), dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan teknis pentas.
d.
Penata artistic
Untuk
mengatur secara artistik hal-hal yang
berhubungan dengan pementasan secara langsung, biasanya terdapat bagian
artisti. Bagian artistic berhubungan dengan tata rias (make up), tata busana (costum),
tata music dan efek suara (music and
sound effect).
BAB III
PENUTUP
F. Simpulan
Drama
adalah salah satu bentuk karya sastra yang berisi lakon hidup manusia yang
ditulis dalam bentuk dialog dan dapat dipentaskan. Drama mencakup dua kesenian,
yaitu seni sastra dan seni pertunjukan. Pementasan drama disebut teater. Pementasan
drama mencakup banyak unsur, yaitu naskah drama, sutradara, pemain, tata
panggung, tata rias, tata busana, tata lampu, tata suara, dan penonton. Dramawan
atau juga bisa disebut Sript Writer.
G. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapka
para mahasiswa untuk memahaminya dam mencoba membuat sebuah naskah drama dan
dipentaskan, diharapkan pula untuk mencari referensi lain, baik dari buku
maupun dari media internet atau media lainnya untuk menambah wawasan pengetahuan
tentang drama
DAFTAR PUSTAKA
Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
ReplyDeleteSistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
Memiliki 8 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
Link Alternatif :
arena-domino.net
arena-domino.org
100% Memuaskan ^-^