Adi Cahaya

Belajar Bahasa dan Sastra

LightBlog

Breaking

Friday 2 March 2018

makalah Naskah, Pengarang, Pementasan, Penonton dalam drama


BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Sekarang ini, drama berkembang pesat melalui sinetron yang ditayangkan di televisi. Sinetron singkatan dari sinema elektronik, yaitu film yang diputar di media elektronik. Proses pembuatan film salah satunya dimulai dengan penulisan skenario atau naskah. Penulis naskah skenario memiliki peran yang sangat penting dalam pembuatan film atau pementasan drama.
Banyak aktor dan aktris terkenal yang memulai kariernya dari dunia teater. Kepiawaian mereka dalam berakting menjadi salah satu sumber penghidupan dan bahkan dapat membuat mereka hidup layak. Sekali lagi, kemampuan seperti itu tidak datang begitu saja. Semua dijalani dengan keseriusan, ketekunan, dan kerja keras sehingga mampu mencapai posisi puncak dalam kariernya.
Henrik Johan Ibsen  adalah seorang dramatis Norwegia yang berpengaruh (lahir di SkienNorwegia20 Maret 1828 – meninggal di Kristiania (Oslo)Norwegia23 Mei1906 pada umur 78 tahun). Ia berperan besar dalam perkembangan drama realistik dan dijuluki sebagai "bapak drama modern"). Ada yang mengatakan bahwa Ibsen adalah pengarang drama yang karyanya paling banyak dipentaskan di dunia setelah Shakespeare. Dia merupakan salah seorang dramatis terpenting dalam sejarah dunia.
Ibsen mendirikan drama modern dengan memperkenalkan mata yang kritis dan penelitian yang bebas ke dalam kondisi-kondisi kehidupan serta masalah-masalah moralitas. Drama-drama zaman Victoria yang umum pada masa itu diharapkan menampilkan kisah-kisah moral dengan tokoh-tokohnya yang mulia dipertarungkan melawan kekuatan-kekuatan gelap.
Setiap drama diharapkan berakhir dengan kesimpulan yang secara moral dianggap layak, dalam arti bahwa kebaikan pasti akan menghasilkan kebahagiaan, dan imoralitas hanya akan menghasilkan penderitaan.


B.        Rumusan Masalah
1.      Apa itu naskah, pengarang, dalam drama
2.      Bagaimana pementasan drama
3.      Hal apa yang terdapat dalam pementasan drama
4.      Apa fungsi penonton terhadap pementasan drama drama

BAB II
PEMBAHASAN

C.        Pengertian Drama
Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang berarti berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya. Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak. Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama.
Drama adalah salah satu bentuk karya sastra yang berisi lakon hidup manusia yang ditulis dalam bentuk dialog dan dapat dipentaskan.

D.   Naskah, Pengarang, Pementasan, Penonton
Naskah drama adalah salah satu genre karya sastra yang sejajar dengan prosa dan puisi. Berbeda dengan prosa maupun puisi, naskah drama memiliki bentuk sendiri yaitu ditulis dalam bentuk dialog yang didasarkan atas konflik batin dan mempunyai kemungkinan dipentaskan (Waluyo, 2003: 2).
Naskah drama merupakan karya sastra yang terdiri atas unsur-unsur pembangun. Naskah drama mencakup cerita yang ditulis dalam bentuk dialog dan berisi lakon hidup tokoh-tokohnya. Naskah drama memberikan gambaran pementasan yang akan dilakukan, seperti tema, amanat, tokoh-tokoh yang terlibat, dialog antartokoh, jalan cerita yang dibangun, latar yang digunakan, dan lain sebagainya.
Menurut Sendarasik naskah drama merupakan bahan dasar sebuah pementasan dan belum sempurna bentuknya apabila belum dipentaskan. Naskah drama juga sebagai ungkapan pernyataan penulis(play wright) yang berisi nilai-nilai pengalaman umum juga merupakan ide dasar bagi aktor.
Berdasarkan pengertian diatas naskah drama dapat diartikan suatu karangan atau cerita yang berupa tindakan atau perbuatan yang masih berbentuk teks atau tulisan yang belum diterbitkan (pentaskan). Yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah naskah drama
 Naskah-naskah drama yang ditulis tahun 1930-an nilai sastranya cukup tinggi, tetapi kemungkinan pentasnya tidak meyakinkan. Naskah yang demikian bersifat komunikatif. Bahasanya adalah bahasa yang hidup dalam masyarakat.
Keunggulan naskah drama adalah pada konflik yang dibangun. Konflik menentukan penanjakan-penanjakan kea rah klimaks. Jawaban terhadap konflik itu akan melahirkan suspense dan kejutan. Tingkat keterampilan penulis drama ditentukan oleh keterampilan menjalin konflik yang diwarnai oleh kejutan dan suspense yang belum pernah dicipta oleh orang lain.
Naskah yang kuat jika dipentaskan akan mempunyai kemunkinan berhasil. Jikka sutradaranya mendukung cerita, peralatan teknismemadai, maka naskah yang kuat akan menghasilkan pementasan yang bermutu.
Di sisi lain yang harus diperhatikan yaitu peonton. Penonton termasuk unsur yang penting dalam suatu pementasan. Suatu pementasan tidak akan dapat berlangsung sempurna jika tidak ada penonton. Penonton biasanya menyesuaikan dengan cerita yang dimainkan dalam drama. Ada pementasan yang ditujukan untuk penonton semua usia atau hanya penonton usia tertentu, seperti anak-anak atau orang dewasa.
 Meskipun pementasan bermutu, tetapi jikan daya apresasi penonton tidak sesuai dengan jenis tontonan itu, maka pertunjukan kemungkinana gagal karena penonton tidak mampu menghayati tontonannya sesuai dengan tuntunan tontonan itu. Sebaliknya dengan daya apresiasi penonton yang cukup, pemntasandarama akan menaarik dan sukses. Ada hubungan timbal balik dan saling menentukan antara pengarang, naskah, pementasan dan penonton drama. Diperlukan kesatuan tafsir antara pengarang, pelaku pementasan dan penonton drama. Dalam hal ini kritikus drama dapat berperan mendekatkan ketiganya itu.
Dalam drama M-1 diartikan menghayalkan, M-2 berarti menuliskan, M-3 berarti memainkan, dan M-4 berarti menonton. Dalam hal ini naskah drama sebenarnya merupakan model paling utama untuk suatu pementasan drama yang baik, jika dipentaskan oleh sutradara dan aktor yang baik.
Dalam menilai suatu naskah, maka harus diperhatikan hal-hal berikut ini.
1.      tema relevan dengan keperluan pementasan
2.      konflik cukup tajam ditandai oleh plot yang penuh kejutan dan dialog yang mantap
3.      watak pelakunya mengandung pertentangan yang memungkinkan ketajaman konflik
4.      bahasanya mudah dihayati dan komunikatif
5.      mempunyai kemungkinan pementasan
sering penulis drama yang masih coba-coba menulis langsung ingin terkenal dengan cara menulis karya-karya kontemporer atau eksperimental, padahal penulis drama eksperimental harus terlebih dahulu menguasai penulisan drama biasa. Akibatnya naskah yang disusun “sok eksperimental” ini tidak memenuhi kriteria sebagai naskah yang memiliki nilai dramatic.
Untuk mengatasi masalah naskah ini, dapat ditempuh beberapa cara sebagai berikut.
1.      pusat dokumentasi sastra H. B. Jassin. Dengan mengajukan permohonan foto copy, bisa didapatkan sejumlah naskah dari dramawa-dramawan Indonesia atau naskah dari luar yang pernah dipentaskan di Indonesia.
2.      Taman Ismail Marzuki. Seksi Teater dari Dewan Kesenian Jakarta yang berkantor di TIM. Drama-drama yang dipentaskan di TIM sudah disleksi. Jadi, mutu dapat dipertanggungjawwabkan.
3.      Grup Teater. Naskah dapat diminta atau dibeli pada beberapa grup teater yang sudah mapan dan memiliki bank naskah atau penulis naskah, seperti: Teater Kecil, Teater Popuer, Teater Mandiri, Teater Koma, Teater September (Ali Sahab) dan sebagainya
4.      Memproduksi naskah sendiri. Jika mencoba menulis naskah sendiri jangan “sok modern” dan “sok kontemporer” untuk menutupi kelemahan naskahnya itu. Susunlah naskah biasa dengan kriteria penulisan penulisan seperti naskah drama konvensional dengan berpijak pada pementasan dan naskah yang cukup bermutu.
5.      Untuk dapat berlatih menulis drama dengan baik, beberapa pengalaman penulis dapat dikemukakan sebagai berilut:
a.      mulailah menulis drama dari cerita rakyat atau roman terkenal yang mempunyai unsur dramatic yang tinggi dan dapat dikemukakan dalam beberapa setting.
b.      Role Playing. Di sekolah, latihan menulis drama dapat dimulai dengan Role Playing atau bermain peran.
Role Playing dapat dikembangkan menjadi sosiodrama.
            Misalnya: mengungkapkan kembali sejarah perjuangan bangsa, atau melikiskan kepahlawanan diponegoro, wolter monginsidi, jendral sudirman dan sebagainya. Drama-drama berisi nasihat pesan khusus di televise dapat berbentuk sosiodrama. Seringkalibpesannya terlalu mencolok, sehingga unsur estetisnya kurang mendapat perhatian (unsur pendidikan harus disampaikan dalam bentuk sandi, artinya tidak terlalu semata-mata Dalam sosiodrama pemecahan masalah juga harus cukup logis, artinya harus bener-bner memecahkan masalah jangan setiap bertemu pak RT masalahnya kemudian beres, sebab pada kenyataanya tidak selalu demmikian)

E.   Pementasan Drama
Pementasan drama biasa disebut juga denganteater. Jadi, drama mencakup dua hal, yaitu drama sebagai karya sastra dan drama sebagai sebuah pementasan.
Pementasan drama merupakan gabungan antara seni sastra dan seni pertunjukan. Drama pada awalnya ditulis dalam bentuk naskah atau teks. Naskah tersebut kemudian dijadikan sebuah pementasan.
     Pementasan drama merupakan kerja kolektif. Keberhasilan suatu pementasan tidak hanya ditentukan oleh sutradara, tetapi melibatkan banyak unsur yang secara serentak dan kompleks harus mendukung pementasan itu.
     Pementasan drama merupakan karya kolektif yang dikordinasikan oleh sutradara, yaitu pekerja teater yang dengan kecakapan dan keahliannya memimpin aktor-aktris dan pekerja teknis dalam pementasan. Selain itu ada pula produser yang memberikan biaya pementasan. Biasanya sutradara tidak bisa merangkap sebagai manager pementasan, demikian juga sutradara tidak mampu mengkoordinasikan seluruh teknis. Untuk itu diadakan asisten sutradara yang tugasnya membantu sutradara dalam menangani tugas koordinasi itu, sedangkan art direction membidangi hal-hal yang bersifat artistic (bukan teknis) seperti: rias, kostum, lampu,  sound effect, dan sebagainya.

a.      Aktor dan Casting
            Aktor dan aktris merupakan tulang punggung pementasan. Dengan aktor-aktris yang tepat dan berpengalaman, dapat dimungkinkan pementasan yang bermutu,jika naskah baik dan sutradaranya cakap.
            Aktor dan aktris merupakan pelaksana pementasan yang membawakan ide cerita langsung dihadapan public. Untuk dapat berperan sebagai aktor yang baik diperlukan proses latihan yang cukup panjang. Keterbukaan jiwa untuk menerima peran yang baru merupakan syarat yang dapat mempermudah seseorang berperan dengan baik. Metode acting yang sesuai dengam masa kini adalah metode yang mementingkan latihan sukma atau latihan psikologis. Pemilihan peran yang tepat, kiranya akan membantu keberhasilan pementasan.
            Untuk suatu pementasan diperlukan suatu latihan yang terus menerus dalam waktu memadai agar pemain dapat menghayati peranannya. Latihan itu berupa latihan fisik, psikis dan penyesuaian dengan peralatan artistic serta peralatan teknis. Pemain yang mahir ber-acting, disebut aktor, yang biasanya dibedakan dengan bintang. Bintang mengandalkan kemasyhuran dan kecantikan atau ketampanan, sedangkan aktor mengandalkan pada kemampuan ber-acting. Pemain watak mampu memainkan berbagai watak dan peran.

Pemilihan aktor-aktris biasanya disebut casting. Ada 5 macam teknik casting, yaitu sebagai berikut:
1.      Casting by Ability; pemilihan peran berdasar kecakapan atau kemahiran yang sama atau mendekati peran yang dibawakan. Kecerdasan seseorang memegang peranan penting dalam membawakan peran yang sulit dan dialognya panjang. Tokoh utama suatu lakon disamping persyaratan fisik dan psikologis, juga dituntut memiliki kecerdasan yang cukup tinggi, sehingga daya hafaldan daya tangkap yang cukup cepat.
2.      Casting to Type; pemilihan pemeran berdasarkan atas kecocokan fisik si pemain. Tokoh tua dibawakan oleh orang tua, tokoh pedagang dibawakan oleh orang yang berjiwa dagang, dan sebagainya.
3.      Anti Type Casting; pemilihan pemeran bertentangan dengan watak dan ciri fisik yang dibawakan. Sering pula disebut  educational casting karena bermaksud mendidik seseorang memerankan watak dan tokoh yang berlawanan dengan wataknya sendiri dan ciri fisiknya sendiri.
4.      Casting to Emotional Temperament; adalah pemilihan pemeran berdasarkan observasi kehidupan pribadi calon pemeran. Mereka yang mempunyai banyak kecocokan dengan peran yang dibawakan dalam hal emosi dan temperamennya, akan dipilih membawakan tokoh itu. Pengalaman masa lalu dalam hal emosi akan memudahkan pemeran tersebut dalam menghayati dan menampilkan dirinya sesuai dengan tuntunan cerita. Temperamen yang cocok juga akan membantu proses penghayatan diri peran yang dibawakan.
5.      Therapeutic Casting; adalah pemilihan pemeran dengan maksud untuk penyembuhan terhadap ketidaksimbangan psikologis dalam diri seseorang. Biasanya watak dan temperamen pemeran bertentangan dengan tokoh yang dibawakan. Misalnya, orang yang selalu ragu-ragu, harus berperan sebagai orang yang tegas, cepat memutuskan sesuatu. Seseorang yang curang memerankan tokoh yang jujur atau penjahat berperan sebagai polisi. Jika kelainan jiwa cukup serius, maka bimbingan khusus sutradara akan membantu proses therapeutic itu.
       Untuk dapat memilih pemeran dengan tepat, maka hendaknya pelatih drama membuat daftar yang berisi inventarisasi watak pelaku yang harus dibawakan, baik secara psikologis, fisiologis maupun sosiologis. Watak pelaku harus dirumuskan secara jelas. Sebab hanya dengan begitu, dapat dipilih pemeran lakon dengan lebih cepat.
b.      Sutradara
            Sutradara adalah orang yang berperan penting dan memiliki tanggung jawab paling besar dalam pementasan drama. Seorang sutradara bertugas memilih naskah drama yang layak untuk dipentaskan, memilih pemain yang sesuai dengan karakter tokoh dalam drama, menentukan tata panggung, tata rias, dan tata busana yang akan digunakan dalam pementasan. Tugas utama sutradara yang lainnya adalah mengarahkan seluruh jalan cerita, termasuk adegan yang dilakukan oleh pemain.
            Sutradara mempunyai tugas sentral yang berat dalam pementasan ini. Tidak hanya acting para pemain yang harus diurusinya, tetapi juga kebutuhan yang berhubungan artistic dan teknis. Music yang bagaimana yang dibutuhkan, pentas seperti apa yang harus diatur, penyiaran, tata rias, kostum dan sebagainya. Semua diatur atas persetujuan sutradara. Sebab itu, sutradara harus menguasai hal-hal yang berhubungan dengan segi artistik dan segi teknis pementasan. Lebih idealnya sekiranya pernah menangani bagian-bagian tersebut. Sutradara perlu memiliki technical know how tentang bidang teknis dan artistic pementasan, meskipun untuk bidang itu dipercayakan kepada orang lain.
            Ada beberapa tipe sutradara, yaitu sebagai berikut:
1.      Berdasarkan bagaimana mempengaruhi jiwa pemain, ada dua macam sutradara, yaitu:
a.      Sutradara teknikus, yang mementingkan segi luar yang bergemerlapan.
b.      Sutradara psikolog dramatic, yang mementingkan penggambaran watak secara psikologis dan tidak begitu menghiraukan faktor-faktor teknis atau luar. Tipe inilah yang sekarang banyak dianut, dengan pelopornya Constantin Stanislavsky dan Richard Boleslavsky. Konflik-konflik kejiwaan lebih ditonjolkan daripada hal-hal fisik dan artistic.
2.      Berdasarkan cara melatih pemain, ada tiga tipe sutradara, yaitu:
a.      Sutradara Interpretator yang hanya berpegang pada interprestasinya terhadap naskah secara kaku.
b.      Sutradara Kreator yang secara kreatif menciptakan variasi baru.
c.       Gabungan interpreator dan sekaligus creator. Sutradara tipe ini dipandang yang paling baik.
3.      Berdasarkan cara penyutradaraan, terdapat dua macam cara, yaitu:
a.      Cara Diktator atau cara Gordon Craig, yang seluruh langkah pemainnya ditentukan oleh sutradara.
b.      Cara Laissez Faire, yang aktor-aktrisnya merupakan pencipta permainan dan peranan sutradara sebagai sebagai supervisor yang membiarkan pemain melakukan proses kreatif.

c.    Penata pentas
                        Untuk menghidupkan peran di pentas, peralatan teknis akan membantu. Peralatan tersebut meliputi: pengaturan pentas (stage), dekorasi (scenery), tata lampu (lighting), tata suara (sound system), dan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pentas.

d.   Penata artistic
                        Untuk mengatur secara artistik hal-hal yang berhubungan dengan pementasan secara langsung, biasanya terdapat bagian artisti. Bagian artistic berhubungan dengan tata rias (make up), tata busana (costum), tata music dan efek suara (music and sound effect).










BAB III
PENUTUP

F.    Simpulan
Drama adalah salah satu bentuk karya sastra yang berisi lakon hidup manusia yang ditulis dalam bentuk dialog dan dapat dipentaskan. Drama mencakup dua kesenian, yaitu seni sastra dan seni pertunjukan. Pementasan drama disebut teater. Pementasan drama mencakup banyak unsur, yaitu naskah drama, sutradara, pemain, tata panggung, tata rias, tata busana, tata lampu, tata suara, dan penonton. Dramawan atau juga bisa disebut Sript Writer.

G.   Saran
            Setelah membaca makalah ini diharapka para mahasiswa untuk memahaminya dam mencoba membuat sebuah naskah drama dan dipentaskan, diharapkan pula untuk mencari referensi lain, baik dari buku maupun dari media internet atau media lainnya untuk menambah wawasan pengetahuan tentang drama














DAFTAR PUSTAKA






1 comment:

  1. Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
    Sistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
    Memiliki 8 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
    Link Alternatif :
    arena-domino.net
    arena-domino.org
    100% Memuaskan ^-^

    ReplyDelete