Adi Cahaya

Belajar Bahasa dan Sastra

LightBlog

Breaking

Thursday 12 October 2017

Makalah reduplikasi / pengulangan

MAKALAH “PENGULANGAN (REDUPLIKASI)”
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH “MORFOLOGI”











DISUSUN OLEH :
Usa Adicahya
Taopik
Nuriawati



DOSEN PENGAMPU : M. SYARIPUDIN, M.Pd
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MATHLA’UL ANWAR
2016









Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sejarah Sastra Angkatan 1990 ini.

    Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan semampu kami dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
 
    Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
 
    Akhir kata kami berharap semoga makalah Sejarah Sastra Angkatan 1990 ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.



Malingping, 03 Maret 2016


Penyusun

Daftar Isi

Kata Pengantar ..........................................................................................i
Daftar Isi ....................................................................................................ii
BAB I  .........................................................................................................1
Latar Belakang Masalah ......................................................................1
Rumusan Masalah ...............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................2
Latar Belakang Sastra Angkatan 90.................................................2-3
Ciri-ciri Sastra Angkatan 90 ................................................................3
Pengarang dan Karyanya pada Angkatan 90 .................................3-4
kumpulan cerpen pada angkatan 90 .................................................4
Pelopor Angkatan 90 ..........................................................................4
Perdebatan yang Terjadi pada ngkatan 90 ........................................5
BAB III PENUTUP ......................................................................................6
Simpulan ..............................................................................................6
Saran ....................................................................................................6
Daftar Pustaka ..........................................................................................7











BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
            Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang berasal dari bahasa Melayu. Namun, bahasa Indonesia sudah mengalami perkembangan sedemikian rupa sehingga sudah meninggalkan bahasa Melayu yang merupakan bahas Induk. Perkembangan bahasa Indonesia tersebut dipengaruhi banyak factor diantaranya adalah penyerapan bentuk asing di laur bahasa Indonesia baik dalam kata maupun dalam bentuk struktur pembentuk dan perkembangan struktur bentuk itu berkenaan dengan pemakaian bahasa.

            Salah satu bentuk struktur yang mengalami perkembangan dalam hal perkembangan struktur bentuk adalah bentuk reduplikasi atau kata ulang. Reduplikasi atau bentuk pengulangan dalam bahasa Indonesia terjadi baik pada tataran fonologis, morfologis, maupun dalam tataran sintaksis. Reduplikasi dalam tataran fonologis tidak mengalami perubahan makna sehingga belum dapat dikatakan sebagai sebuah kata ulang yang sesungguhnya. Hal ini terjadi karena pengulangannya hanya pada pengulangan bunyi bukan pada pengulangan leksem. Lain halnya pada reduplikasi morfologis yang pengulangannya terjadi pengulangan leksem.

             Reduplikasi merupakan bentuk yang unik. Hal ini disebabkan oleh perbedaan sudut pandang dan klasifikasi pada teori bahasa. Meskipun bentuknya kelompok kata, tetap masih dikelompokkan menjadi sebuah kata. Bukan frasa. Melihat keunikan reduplikasi tersebut, penulis tertarik untuk membahas tentang reduplikasi dalam makalah ini. Pembahasan akan difokuskan pada bentuk, makna, dan proses pembentukan reduplikasi terutama pada jenis reduplikasi berafiks.




Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis akan memfokuskan permasalah pada jenis
Bagaimana ciri bentuk reduplikasi dalam bahasa Indonesia ?
Bagaimana proses morfologis pembentukan reduplikasi ?
Bagaimana ciri makna reduplikasi ?

Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini untuk memahami tentang Reduplikasi dalam Morpologi Bahasa Indonesia. Dan untuk memperluas pengetahuan mahasiwa  tentang reduplikasi juga untuk mempersentasikan tentang Reduplikasi bahasa indonesia.


Manfaat atau Kegunaan
Setelah membaca dan memahami makalah ini, pembaca akan mengerti seluk beluk morfem reduplikasi, bagaimana cara menentukan sebuah bentuk adalah morfem atau bukan, bagaimana morfem-morfem reduplikasi itu berproses menjadi kata.















BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi. Suatu kata dikatakan sebagai hasil proses pengulangan apabila kata itu ada bentuk dasarnya yang diulang.
The mechanism of reduplication and manner in which copies can differ from each other have been a foundational concern in theoritical and descrivtive linguistics over the past twenty-five years. Yang artinya mekanisme reduplikasi dan cara dimana salinan dapat berbeda satu sama lain telah menjadi perhatian mendasar dalam linguistik teoritis dan deskriptif selama dua puluh lima tahun terakhir. (Sharon inkelas and Cheryl zoll. 2005. Reduplication Doubling in Morphology. UK: the press syndicate of the university of cambridge.)
Apabila tidak ada bentuk dasarnya, jelas bahwa kata itu bukanlah hasil dari proses pengulangan atau bukanlah kata ulang. Seperti pada contoh kata alun-alun, bentuk kata alun pada kata alun-alun bukanlah bentuk dasar sebab bentuk alun tidak ada artinya, kecuali kata alun-alun. Kalau bentuk alun pada konteks lain ada artinya yaitu ombak yang bergulung-gulung, ini berbeda karena tidak ada hubungannya dengan arti kata alun-alun itu sendiri.
Sama halnya pada kata huru-hara, mondar-mandir, sia-sia. Bentuk *huru maupun *hara, *mondar maupun *mandir bukanlah kata dasar dari kata huru-hara, mondar-mandir, maupun sia-sia.
Proses reduplikasi dapat bersifat Paradigmatis (infleksional) dan dapat pula bersifat Derivasional. Reduplikasi yang paradigmatis tidak mengubah identitas leksikal, melainkan hanya memberi makna gramatikal. Misalnya: meja-meja ‘berarti banyak meja’ dan kecil-kecil berarti ‘banyak yang kecil’.
Yang bersifay derivasional membentuk kata baru atau kata yanag identitas leksikalnya berbeda dengan bentuk dasarnya. Misalnya kata takin (dalam bahasa dikepulauan Marshall) yang artinya ‘kaus kaki’ direduplikasikan menjadi takinkin yang artinya ‘memakai kaus kaki’, dan wah yang artinya ‘perahu’ direduplikasikan menjadi wahwah ‘naik perahu. Dalam bahasa Indonesia bentuk laba-laba dari dasar laba dan pura-pura dari dasar pura barangkali dapat dianggap sebagai contoh reduplikasi derivasional.
B. Ciri Bentuk Dasar Kata Ulang
Dalam proses pengulangan, yang dimaksud dengan bentuk dasar ialah bentuk linguistik yang diulang yang menjadi dasar dari proses pengulangan. Untuk menentukan bentuk dasar dari kata ulang tidaklah sukar. Akan tetapi, kita akan mengalami kesulitan menentukan bentuk dasar dari kata ulang yang lebih pelik.
Untuk itu kita harus memahami ciri-ciri bentuk dasar kata ulang bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil pengamatan yang pernah dilakukan oleh beberapa pengamat bahasa Indonesia. Ciri-ciri bentuk dasar kata ulang bahasa Indonesia sebagai berikut:
Kelas kata bentuk dasar kata ulang sama dengan kelas kata ulangnya.
Bahwa apabila kata suatu kata ulang berkelas kata benda ( nomina), bentuk kata dasarnya pun berkelas kata benda. begitu juga, apabila kata ulang itu berkelas kata kerja (verba), bentuk dasarnya juga berkelas kata kerja.
contoh :
Kata Ulang
Bentuk Dasarnya

Gedung-gedung   (kata benda)
Berlari-lari           (kata kerja)
Pelan-pelan          (kata sifat)
Tiga-tiga          (kata bilangan)
Gedung  (kata benda)
Berlari    (kata kerja)
Pelan      (kata sifat)
Tiga        (kata bilangan)


Berbeda dengan kata leluhur. Selama ini kata tersebut  dianggap sebagai kata ulang namun kenyataanya bukan. Leluhur bisa diartikan “ yang diluhurkan”,” nenek moyang”; jadi kelas katanya adalah kata benda (KB) atau adjektiva. Bentuk dasarnya adalah luhur yang ternyata, kelas kata luhur dan leluhur tidak sama.

Bentuk dasar kata ulang selalu ada dalam pemakaian bahasa.
Sebagaimana pada kata ulangnya, bentuk dasarnya pun ada dalam pemakaian bahasa. Maksud “dalam pemakaian bahas” adalah dapat dipakai dalam konteks kalimat.
Contohnya :
Kata Ulang
Bentuk Dasarnya

Melaku-lakuan
Menyatu-nyatukan
Melakuan, bukan melaku
Menyatukan, bukan menyatu

Melari-larikan
Melarikan,bukan melari atau larikan


Arti bentuk dasar kata ulang selalu berhubungan dengan arti kata ulangnya.
Ciri ini untuk menjawab persoalan bentuk kata yang secara fonemis berulang, tetapi bukan merupakan hasil proses pengulangan. Jelaslah bentuk alun bukanlah bentuk dasar dari alun-alun, undang bukanlah bentuk dasar dari undang-undang.

C. Jenis Pengulangan
Jenis pengulangan ini didasarkan pada bagian bentuk dasar kata ulang itu diulang. Berdasarkan hasil penelitian didalam bahasa Indonesia ada empat jenis pengulangan diantaranya:
Pengulangan seluruh.
Pengulangan seluruh adalah pengulangan bentuk dasar secara keseluruhan, tanpa berkombinasi dengan pembubuhan afiks dan tanpa perubahan fonem.
Contohnya:
Bentuk Dasar
Hasil Pengulangan Seluruh

Batu
sembilan
persatuan
pembangunan
satuan
Batu-batu
sembilan-sembilan
 persatuan-persatuan
 pembangunan –pembangunan
 satuan-satuan


Contoh di atas terlihat bahwa dasar pengulangan seluruh ada yang bermorfem tunggal misalnya (batu, sembilan) dan yang bermorfem kompleks (persatuan, pembangunan, dan satuan).
Pengulangan sebagian
Pengulangan sebagian adalah pengulangan bentuk dasar secara sebagian, tanpa perubahan fonem.
Contohnya:
Bentuk Dasar
Hasil Pengulangan Sebagian

Memanggil
menulis
ditulis
 dilambaikan
berlari
 berkata
 seakan.
memanggil-manggil; panggil-memanggil
 menulis-nulis
 ditulis-tulis
dilambai-lambaikan
 berlari-lari
berkata-kata
seakan-akan


Pengulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks
Pengulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks adalah pengulangan bentuk dasar disertai dengan penambahan afiks secara  bersama-sama atau serentak dan bersama-sama pula mendukung satu arti. Di dalam bahasa Indonesia ada beberapa imbuhan yang dapat bergabung secara bersama-sama dengan pengulangan bentuk membentuk satu arti, yaitu {-an}, {ke-an}, dan {se-nya}.
Misalnya:
Bentuk Dasar + Pengulangan dan  Hasil Pengulangan
 = Pembubuhan Afiks

Rumah                    +   (pengulangan)-an       =
 Rumah-rumahan

Kuda                       +  (pengulangan)-an              =
 Kuda-kudaan

Kuning                    +   ke-(pengulangan)-an       =
Kekuning-kuningan

Hijau                       +   ke-(pengulangan)-an      =
 Kehijau-hijauan

Baik                        +   se-(pengulangan)-nya     =
 Sebaik-baiknya

Lincah                     +   se-(pengulangan)-ya      =
 Selincah-lincahnya


Contoh di atas, terlihat bahwa umumnya bentuk dasar pengulangan sebagian berupa morfem kompleks yang berafiks. Selain itu, ada kecenderungan pula bahwa yang diulang hanya bentuk asalnya, yaitu bentuk yang belum mengalami proses morfologis, misalnya warna, kemas, tunjuk, satu, tulis, ukur, dsb.
Pengulanga dengan perubahan fonem.
Pengulangan dengan perubahan fonem adalah pengulangan bentuk dasar dengan perubahan fonem.
Dalam bahasa Indonesia ada dua macam model pengulangan perubahan fonem, yaitu:
Fonem vokal
Contoh : bolak-balik (bentuk dasar: balik), serba-serbi (bentuk dasar: serba), dan robak-robek (bentuk dasar: robek).
Fonem konsonan
Contoh : lauk-pauk (bentuk dasar : lauk), ramah-tamah (bentuk dasar: ramah), dan beras-petas (bentuk beras).

D. Istilah
Di dalam linguistik Indonesia sudah lama lazim dipakai sekumpulan istilah sehubungan reduplikasi dari bahasa Sunda dan bahasa Jawa.
Dwilingga
Pengulangan morfem asal, seperti dalam (indonesia) . meja- meja, (sunda) mlaki-mlaki “ berjalan-jalan”.

Dwilingga Salaing swara
Pengulangan morfem asal dengan perubahan vokal & fonem lainnya bola-bali “bolak-balik”, “ modar-madir”.
Dwipurwa
Pengulangan silabe pertama, seperti (sunda) lalaki “lelaki”, papancang “ tunangan” dan ( Indonesia) lelaki,
Dwiwasana
Pengulangan pada akhir kata, misal (jawa) cenges, “ tertawa”=> cengenges “ selalu tertawa”
Terilingga
Pengulangan misal (sunda/jakarta) dig-dag-dug “waswas”.














BAB III
PENUTUP

Simpulan
Permasalahan reduplikasi dalam bahasa Indonesia telah banyak dibicarakan oleh para ahli bahasa Indonesia, namun pemerian yang dilakukan atau dihasilkan memiliki kecenderungan menggunakan kriteria yang implisit (tidak formal eksplisit) bahkan ada yang menggunakan beberapa kriteria dalam satu pemerian. Dari yang dimunculkan baru ada satu yang secara eksplisit menyatakan kriteria pemerian reduplikasi. Oleh karena itu, kriteria pemerian reduplikasi perlu segera dipikirkan. Kriteria pemerian reduplikasi di antaranya yang dapat diterapkan secara struktural adalah (1) kriteria arah perulangan, (2) kriteria bentuk perulangan, dan (3) kriteria bentuk dasar. Kriteria fungsi dan makna reduplikasi telah banyak diungkap oleh para ahli bahasa. Reduplikasi fonologis oleh beberapa ahli bahasa Indonesia sering disebut reduplikasi semu atau kata ulang semu. Dengan dernikian, pada prinsipnya tidak ada perbedaan pandangan mengenai bentuk tersebut, melainkan demi kemudahan mereka menyebutnya semu.

Saran
Dalam reduplikasi banyak pengulangan baik pengulangan secara utuh maupun sebagian, maka disarankan kepada mahasiwa untuk lebih memahami tentang materi tersebut karena dalam pengulangan dapat menimbulkan makna baru.








Daftar Pustaka

http://eprints.uny.ac.id/4955/1/deskripsi_reduplikasi.pdf http://ayups87.wordpress.com/tag/reduplikasi/
http://effendi dmth.blogspot.com/2012/07/reduplikasi-kata-ulang.html.
http://yogianto.wordpress.com/about/reduplikasi/
http://smpn3malangbong.wordpress.com/2012/01/18/ciri-bentuk-makna-dan-proses morfologis-kata-ulang-berafiks-serta-deskripsi-kata-ulang-dari-karya-sastra-novel pudarnyapesona-cleopatra-karya-habiburrahman-el-shirazy/
http://anggitadewipratiwi.blogspot.com/2012/09/reduplikasi-dalam-morfologi.html
Muslich, Mansur. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. 2008. Jakarta:PT. bumi Aksara
Verhaar, J.W.M. Asas-Asas Linguistik. 2010. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

No comments:

Post a Comment