Tuesday, October 16, 2018
Makalah batasan, pengertian, tujuan, metode, batasan dan objek analisis kesalahan berbahasa
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Bahasa
merupakan salah satu milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan
dan gerak manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Tidak ada
kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. Salah satu kegiatan manusia
yang setiap hari dilakukan adalah berkomunikasi. Dalam berkomunikasi, bahasa
memiliki peranan penting untuk menyampaikan berita. Untuk menyampaikan berita
(pesan, amanat, ide, dan pikiran) dibutuhkan bahasa yang singkat, jelas, dan
padat. Fungsinya adalah agar segala sesuatu yang disampaikan mudah dirnengerti.
Namun, dalam menggunakan bahasa tersebut pemakai bahasa tetaplah mengikuti
kaidah-kaidah atau aturan yang benar karena bahasa yang benar akan dijadikan
acuan atau model oleh rnasyarakat pemakai bahasa, dan ragam itu digunakan dalam
situasi resmi. Apakah penggunaan bahasa Indonesia saat ini masih belum baik dan
benar?”.
Analisis
kesalahan berbahasa adalah salah satu cara untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Melalui analisis kesalahan berbahasa, kita dapat menjelaskan penggunaan bahasa
indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa
Indonesia yang memenuhi faktor-faktor komunikasi, adapun bahasa Indonesia yang
benar adalah bahasa Indonesia yang memenuhi kaidah-kaidah (tata bahasa) dalam
kebahasaan. Bagaimana cara kita mengalisis bahasa yang baik dan benar itu? Hal
itu lah yang akan dibahasa dalam makalah ini. Setelah mempelajari, kita dapat
mempraktikannya dalam berbahasa Indonesia.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian Kesalahan Berbahasa?
2. Bagaimana
batasan analisis kesalahan berbahasa?
3. Apa
tujuan analisis kesalahan berbahasa?
4. Apa
Metode Analisis Kesalahan Berbahasa?
5. Bagaimana
ruang lingkup analisis kesalahan berbahasa?
6. Apa
objek analisis kesalahan berbahasa?
C. Tujuan
Pembahasan
1. Untuk
mengetahui pengertian analisis kesalahan berbahasa
2. Untuk
mengetahui batasan analisis kesalahan berbahasa
3. Untuk
mengetahui tujuan analisis kesalahan berbahasa
4. Untuk
mengetahui metode analisis kesalahan berbahasa
5. Untuk
mengetahui ruang lingkup analisis kesalahan berbahasa
6. Untuk
mengetahui objek analisis kegiatan berbahasa
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Batasan Analisis Kesalahan
Berbahasa
1.
Pengertian
Analisis Kesalahan Berbahasa
Analisis
kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh
peneliti atau guru bahasa, yang meliputi : kegiatan mengumpulkan sampel
kesalahan, mengidentifikasi kesalahan yang terdapat dalam sampel, menjelaskan
kesalahan tersebut, mengklasifikasi kesalahan itu, dan mengevaluasi taraf
keseriusan kesalahan itu (Tarigan, Djago & Lilis Siti Sulistyaningsih,
1996/1997 : 25).
a. Pranomo
(1996)
Analisis kesalahan
berbahasa adalah suatu teori yang dipergunakan untuk menganalisis bahasa antara
(interlanguage) pembelajar bahasa. Lebih lanjut Pranomo memaparkan bahwa
analisis kesalahan berbahasa merupakan usaha untuk membantu tercapainya tujuan
belajar bahasa pembelajar dengan mengetahui sebab-sebab dan cara mengatasi kekeliruan-kekeliruan
berbahasa yang mereka lakukan dalam proses menguasai bahasa kedua.
b. Ellis
(1987)
Analisis kesalahan
berbahasa adalah suatu prosedur yang digunakan oleh para peneliti dan para
guru, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar, pengenalan
kesalahan-kesalahan itu, pengklasifikasiannya berdasarkan sebab-sebabnya yang
telah dihipotesiskan, serta pengevaluasian keseriusannya.
c. Crystal
(1989)
Analisis kesalahan
berbahasa adalah suatu teknik untuk mengidentifikasikan, mengklasifikasikan,
dan menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat siswa
yang sedang belajar bahasa kedua atau bahasa asing dengan menggunakan
teori-teori dan prosedur-prosedur berdasarkan imu linguistik.
d. Indihadi
(tanpa tahun)
Analisis kesalahan berbahasa
adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan apakah
penggunaan suatu bahasa sudah baik dan benar atau belum.
e. Corder
(2011)
Analisis kesalahan
berbahasa adalah suatu proses yang dilaksanakan dengan menerapkan beberapa prosedur
yang harus diikuti sebagai pedoman kerja, yaitu: 1) memilih korpus bahasa, 2)
mengenali kesalahan dalam korpus, 3) mengklasifikasikan kesalahan, 4)
menjelaskan kesalahan, dan 5) mengevaluasi kesalahan.
f.
Tarigan dan Sulistyaningsih (1997)
Analisis kesalahan
berbahasa adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau
guru bahasa, yang meliputi kegiatan mengumpulkan sampel kesehatan,
mengidentifikasi kesalahan yang terdapat dalam sampel, menjelaskan kesalahan
tersebut, mengklasifikasikan kesalahan itu, dan mengevaluasi taraf keseriusan
kesalahan itu.
g. Samsuri
(1987)
Analisis kesalahan
berbahasa adalah kegiatan pengkajian segala aspek penyimpangan dalam bahasa itu
sendiri yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana bahasa itu diucapkan, ditulis,
disusun, dan berfungsi.
2.
Batasan
Analisis Kesalahan Berbahasa
Hakikat/batasan
analisis kesalahan berbahasa telah banyak disampaikan oleh para ahli, di
antaranya adalah sebagai berikut.
a.
Batasan Analisis Kesalahan Berbahasa
Dalam Bidang Fonologi
1.
Indihadi (Tanpa tahun)
Analisis kesalahan
berbahasa dalam bidang fonologi merupakan analisis kesalahan yang bersumber
dari fonem, diftong, kluster, dan pemenggalan kata.
2.
Tarigan dan Sulistyaningsih (1998)
Analisis kesalahan
berbahasa dalam bidang fonologi merupakan analisis yang meliputi perubahan
pengucapan fonem, penghilangan fonem, penambahan fonem, dan perubahan bunyi
diftong menjadi bunyi tunggal atau fonem tunggal.
b.
Batasan Analisis Kesalahan Berbahasa
Dalam Bidang Morfologi
1. Badudu
(1982)
Analisis kesalahan berbahasa dalam
bidang morfologi merupakan analisis kesalahan yang meliputi kesalahan afiksasi,
kesalahan reduplikasi, dan kesalahan pemajemukan (komposisi).
2. Tarigan
dan Sulistyaningsih (1979)
Analisis kesalahan berbahasa dalam
bidang morfologi merupakan analisis kesalahan yang berkenaan dengan kesalahan
afiksasi, kesalahan reduplikasi, dan kesalahan komposisi.
3. Indihadi
(tanpa tahun)
Analisis kesalahan berbahasa dalam
bidang morfologi merupakan analisis kesalahan yang bersumber dari proses
morfologi, yakni afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.
c.
Batasan Analisis Kesalahan Berbahasa
Dalam Bidang Sintaksis
1. Pateda
(1989)
Analisis kesalahan
berbahasa dalam bidang sintaksis berhubungan erat dengan kesalahan pada bidang
morfologi. Hal ini disebabkan karena kalimat berunsurkan kata-kata. Dengan
demikian, daerah kesalahan sintaksis berhubungan erat dengan beberapa hal yang
terkait dengan penyusunan kalimat yang baik. Hal-hal yang dimaksud misalnya
kalimat yang berstruktur tidak baku, kalimat ambigu, kalimat yang tidak jelas,
diksi yang tidak tepat, kalimat mubazir, kata serapan yang digunakan dalam
kalimat, dan logika kalimat.
2. Semi
(1990)
Analisis kesalahan
berbahasa dalam bidang sintaksis merupakan analisis yang berkaitan dengan
kesalahan frase, kesalahan klausa, dan kesalahan kalimat.
3. Tarigan
dan Sulistyaningsih (1979)
Analisis kesalahan
berbahasa dalam bidang sintaksis meliputi analisis pada tataran frase, tataran
klausa, dan tataran kalimat.
4. Setiawan
(2016)
Analisis kesalahan
berbahasa dalam bidang sintaksis adalah analisis kesalahan yang berkaitan
dengan penyimpangan penyimpangan struktur frase, klausa, atau kalimat, serta
ketidaktepatan pemakaian artikel.
5. Grafura
(2008)
Analisis kesalahan
berbahasa dalam bidang sintaksis menyangkut urutan kata, kepaduan, susunan frase,
kepaduan kalimat, dan logika kalimat.
6. Kartopati
(2010)
Analisis kesalahan
berbahasa dalam bidang sintaksis berdasarkan jenis keterampilan berbahasa
dibagi menjadi empat, yakni analisis kesalahan sintaksis dalam menyimak,
analisis kesalahan sintaksis dalam berbicara, analisis kesalahan sintaksis
dalam membaca, dan analisis kesalahan sintaksis dalam menulis.
B. Tujuan dan Metode Analisis
Kesalahan Berbahasa
1.
Tujuan
Analisis Kesalahan Berbahasa
Anda
sudah mengetahui sekarang bahwa kesalahan bahasa dapat dibedakan menjadi (1)
kesalahan berbahasa dan (2) kekeliruan berbahasa (errordan mistake). Hal itu
tidak dapat dihindari terutama pada anak (siswa) yang berada dalam proses pemberolehan
dan pembelajaran bahasa (B2). Berdasarkan sumbernya, kesalahan bahasa itu
berada pada tataran antara lain: (1) linguistik (kebahasaan), (2) kegiatan
berbahasa, (3) jenis bahasa yang digunakan, (4) penyebab kesalahan, dan (5) frekuensi
kesalahan berbahasa (Tarigan, 1997).
Penyebab
kesalahan berbahasa adalah kontak bahasa yang terjadi dalam diri dwibahasawan
yang menyebabkan saling pengaruh antara unsur-unsur bahasa itu (B1 dan
B2). Itulah tujuan anda mempelajari
sajian ini.
Dalam
kontak bahasa (B1 dan B2), terjadi transfer unsur-unsur bahasa. Apabila
unsur-unsur bahasa yang ditransfer itu menjadikan siswa mudah dalam proses
pemerolehan dan pengajaran bahasa maka itu disebut transfer positif. Apabila
unsur-unsur bahasa yang ditransferkan itu menjadikan siswa kesulitan dan salah
dalam berbahasa maka itu disebut transfer negatif atau interferensi. Jadi interferensi
(transfer negatif) adalah salah satu penyebab siswa mendapatkan kesulitan dan
kesalahan atau kekhilafan dalam proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa
(B2). Analisis kesalahan berbahasa ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena
kesalahan berbahasa kedua akibat adanya interferensi bahasa pertama yang
terjadi pada perilaku bahasa pembelajar bahasa.
Kesalahan
berbahasa selanjutnya dapat dianalisis. Hal itu, menurut Tarigan (1997) untuk
memperbaiki komponen proses belajar–mengajar bahasa. Oleh karena itu, analisis
kesalahan berbahasa ditujukan untuk memperbaiki komponen proses
belajar–mengajar bahasa. Komponen itu antara lain:
a.
Tujuan Merumuskan pembelajaran bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
b.
Bahan Ajar a. menyusun bahan
pembelajaran hasil penyempurnaan;b. menentukan urutan penyajian bahan
pembelajaran berdasarkan hasil analisis kesalahan berbahasa;c. menetapkan
penekanan bahan pembelajaran berdasarkan temuan interferensi bahasa pertama
(B1) siswa;d. menyusun bahan pelatihan kemampuan siswa dalam proses pemerolehan
dan pembelajaran bahasa kedua;e. memilih sumber bahan pembelajaran yang sesuai
dengan tuntutan siswa.
c.
Penyajian Pembelajarana. memilih metode
penyajian yang sesuai dengan tujuan dan bahan ajar;b. memilih metode yang
memberi peluang kepada siswa untuk proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa
kedua; c. mengimplementasikan metode (penyajian) pembelajaran dengan
strategidan teknik yang menarik dan bervariasi.
d.
Pemilihan Media Pembelajarana. memilih
media pengajaran (pembelajaran) yang fungsional sesuai dengan tujuan dan bahan
ajar;b. menyediakan alat-alat peraga; gambar atau diagram yang diperlukan;c.
melaksanakan demonstrasi atau sosiodrama untuk melatih (membiasakan) siswa
dalam berbahasa.
e.
Penilaian Pembelajaran a. merumuskan
kisi-kisi penilaian;b. menyusun butir-butir penilaian yang sesuai dengan tujuan
dan bahan ajar;c. merumuskan pedoman atau rambu-rambu menilai keberhasilan dan
ketidakberhasilan siswa, termasuk untuk program remedialnya.
Seperti
disebutkan oleh Hendrickson; Richard; Corder dalam Nurhadi (1990), bahwa
kesalahan atau kekhilafan berbahasa bukanlah semata-mata harus dihindari,
melainkan fenomena yang dapat dipelajari. Oleh karena itu, analisis
kesalahan berbahasa
memiliki tujuan yang mulia, antara lain:
1) Sebagai umpan balik
(feedback) bagi guru dalam menentukan tujuan, bahan ajar,
prosedur pengajaran
serta penilaian yang sudah dilaksanakannya.
2) Sebagai bukti bagi
peneliti (penelitian) dalam mengetahui anak (siswa)
memperoleh dan
mempelajari bahasa.
3) Sebagai input
(masukan) penentuan sumber atau tataran unsur-unsur kesalahan
berbahasa pada anak
(siswa) dalam proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa
(B2).
Dengan
demikian para guru pengajar bahasa seharusnya melaksanakan analisis kesalahan
berbahasa. Dengan hal tersebut, tujuan analisis kesalahan berbahasa dapat
dicapai secara optimal dan pengajaran bahasa dapat memprediksi kesulitan dan
kesalahan siswa dalam berbahasa (B2).
2.
Metode
Analisis Kesalahan Berbahasa
Analisis
kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja. Sebagai suatu prosedur kerja
atau metode, analisis kesalahan berbahasa memiliki langkahlangkah kerja
tertentu. Langkah-langkah kerja tertentu tersebut selanjutnya dipandang sebagai
metodologi analisis kesalahan berbahasa.
Ellis
dan Tarigan (1997) mengajukan langkah-langkah analisis kesalahan berbahasa
sebagai berikut:
1)
Mengumpulkan sampel kesalahan (korpus).
2)
Mengidentifikasi kesalahan atau kekhilafan.
3)
Menjelaskan kesalahan atau kekhilafan.
4)
Mengklasifikasi kesalahan atau kekhilafan.
5)
Mengevaluasi kesalahan atau kekhilafan.
Selain
itu, ada langkah-langkah analisis kesalahan berbahasa yang dikemukakan oleh
Sridhar (1980). Langkah-langkah analisis kesalahan berbahasa itu adalah:
1)
Mengumpulkan data.
2)
Mengidentifikasi kesalahan atau kekhilafan.
3)
Mengklasifikasi kesalahan atau kekhilafan.
4)
Menjelaskan frekuensi kesalahan atau kekhilafan.
5)
Mengidentifikasi tataran kesalahan atau kekhilafan.
6)
Merumuskan terapi atau koreksi kesalahan atau kekhilafan.
Kedua
pandangan tersebut memiliki persamaan dan perbedaan langkah analisis kesalahan
atau kekhilafan berbahasa. Oleh Tarigan (1997) diajukan modifikasi
langkah-langkah analisis kesalahan berbahasa sebagai berikut:
1) Mengumpulkan
data
Kesalahan berbahasa yang dibuat oleh
siswa dikumpulkan. Kesalahan berbahasa itu diperoleh dari hasil ulangan,
latihan menulis, membaca, berbicara dan menyimak.
2) Mengidentifikasi
kesalahan berdasarkan tataran kebahasaan, misalnya;
Kesalahan fonologi, morfologi,
sintaksis, wacana, dan semantik.
3) Merangking
atau memperingkat kesalahan.
Mengurutkan kesalahan berdasarkan
frekuensi terjadinya kesalahan.
4) Menjelaskan
keadaan.
Menjelaskan apa yang salah, penyebab
kesalahan, dan cara memperbaiki kesalahan.
5) Memprediksi
tataran kebahasaan yang rawan kesalahan.
Memperkirakan tataran kebahasaan yang
dipelajari oleh siswa yang potensial mendatangkan kesalahan misalnya daerah
fonologi, morfologi, sintaksis, wacana, atau semantik.
6) Mengoreksi
kesalahan.
Memperbaiki kesalahan yang ada, mencari
cara yang tepat untuk mengurangi dan bila dapat menghilangkan kesalahan itu.
Hal ini dapat dilakukan dengan menyempurnakan komponen proses belajar–mengajar
bahasa seperti tujuan, bahan, metode, media, dan penilaian.
C. Lingkup dan Objek Analisis
Kesalahan Berbahasa
1.
Lingkup
Analisis Kesalahan Berbahasa
Ruang
lingkup analisis kesalahan berbahasa tidak jauh berbeda dengan ruang lingkup
linguistik. Hal tersebut karena terdapat kaitan antara ilmu yang digunakan
sebagai dasar analisis kesalahan berbahasa, yaitu fonologi, morfologi,
sintaksis, dan semantik (Markhamah dan Atiqa, 2011: 56). Jadi, ruang lingkup
analisis kesalahan berbahasa berada pada tataran fonologi, morfologi,
sintaksis, dan semantik.
Analisis
kesalahan berbahasa pada tataran fonologi adalah analisis kesalahan yang
berhubungan dengan sistem fonem pada bahasa Indonesia. Setyawati (2010: 25)
mengungkapkan bahwa sebagian besar kesalahan berbahasa Indonesia dalam tataran
fonologi berkaitan dengan pelafalan. Bila kesalahan pelafalan tersebut
dituliskan, maka terjadilah kesalahan berbahasa dalam ragam tulis. kesalahan
berbahasa yang berada pada tataran fonologi, antara lain: perubahan fonem,
penghilangan fonem, penambahan fonem.
Selanjutnya,
mengenai kesalahan berbahasa pada tataran morfologi. Kesalahan berbahasa dalam
tataran morfologi dapat terjadi karena banyak hal. Antara lain disebabkan oleh
kesalahan dalam pemilihan afiks, penggunaan kata ulang, penyusunan kata
majemuk, dan pemilihan bentuk kata. Markhamah dan Atiqa (2011: 56) menjelaskan
analisis kesalahan berbahasa pada tataran morfologi merupakan kegiatan
mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan menginterpretasi kesalahan pada bidang
morfologi yang berhubungan dengan penggunaan morfem, kata, dan semua derivasinya.
Derivasi dari morfem dan kata yang dimaksud adalah proses penambahan afiks
(baik prefiks, infiks, sufiks, maupun konfiks atau simulfiks), proses
pengulangan atau reduplikasi, dan penggabungan atau komposisi.
Sedangkan
analisis kesalahan berbahasa dalam tataran sintaksis merupakan kegiatan
mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan menginterpretasi kesalahan pada bidang
sintaksis. Pada tataran ini, objek analisis adalah struktur kalimat, urutan
kata, koherensi (kepaduan), kelogisan, kevariasian, keserasian, dan lain-lain.
Kesalahan dalam tataran sintaksis berkaitan erat dengan kesalahan dalam tataran
morfologi karena kata-kata merupakan unsur dari kalimat.
Yang
terakhir adalah kesalahan dalam tataran semantik yang dapat berhubungan dengan
bahasa tulis maupun lisan. Kesalahan berbahasa dalam tataran semantik
menekankan pada penyimpangan makna, baik yang berkaitan dengan fonologi,
morfologi, maupun sintaksis. Jadi, jika ada sebuah bunyi, bentuk kata,
atau kalimat yang maknanya menyimpang dari makna yang seharusnya, maka
tergolong dalam kesalahan berbahasa semantik (Setyawati, 2010: 103).
Selain
pendapat di atas, Tarigan (1996: 48-49) mengelompokkan kesalahan berbahasa
dalam bahasa Indonesia ke dalam beberapa kelompok, yakni:
(1)
berdasarkan tataran linguistik yang mengklasifikasikan kesalahan berbahasa di
bidang fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana;
(2)
berdasarkan kegiatan atau keterampilan berbahasa yang mengklasifikasikan
kesalahan berbahasa dalam kesalahan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis;
(3)
berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan yang mengklasifikasikan
kesalahan berbahasa menjadi kesalahan berbahasa lisan dan tertulis;
(4)
berdasarkan penyebab kesalahan yang mengklasifikasikan kesalahan berbahasa
akibat pengajaran dan interferensi; dan
(5)
berdasarkan frekuensi terjadinya yang mengklasifikasikan kesalahan berbahasa
dalam frekuensi paling sering, sering, sedang, kurang, dan jarang terjadi.
Hal
lain yang berhubungan dengan kesalahan berbahasa yang sering terdapat dalam
penulisan karya ilmiah adalah kesalahan penalaran yang membuat tulisan menjadi
rancu dan ambigu. Kesalahan tersebut dapat terjadi karena kesalahan dalam
penulisan ide ke dalam sebuah wacana. Secara fungsional, wacana digunakan untuk
mengekspresikan suatu tujuan atau proses sosial di dalam suatu konteks situasi
dan konteks kultural. Konsep ini membuat wacana menjadi domain ekspresi dan
potensi makna. Sementara itu, konteks situasi dan kultural merupakan sumber
makna (Santosa, 2010: 1).
Konteks
kultural adalah suatu sistem nilai dan norma yang merepresentasikan suatu
kepercayaan di dalam suatu kebudayaan. Sedangkan konteks situasi merupakan
lingkungan langsung yang berada di dalam penggunaan bahasa. Halliday dalam
Santosa (2010: 2) menyebutkan bahwa konteks situasi terdiri dari tiga aspek,
yakni medan (field), pelibat (tenor), dan sarana (mode).
Wacana
yang ditulis untuk kepentingan ilmiah harus lebih menekankan pada keteraturan
logika wacana agar ide yang disampaikan dapat sampai dengan sempurna. Logika wacana
merupakan realitas logikal yang menghubungkan antar-realitas pengalaman di
dalam suatu wacana yang dibangun melalui hubungan antarpengalaman di dalam
wacana. Logika di dalam sistem wacana bekerja di seluruh level kebahasaan yang
dimulai dari struktur grup, klausa, maupun wacana.
Artinya,
logika wacana harus dijaga mulai dari taraf terendah sampai tertinggi dalam
sebuah wacana. Hal tersebut harus dilakukan karena ide atau gagasan yang
disampaikan dalam sebuah wacana harus merupakan kumpulan-kumpulan satuan yang
saling mendukung dan mencapai satu puncak makna.
Logika
wacana diekspresikan melalui hubungan konjungtif, baik secara eksplisit maupun
implisit di dalam suatu wacana. Martin dan Rose dalam Santosa (2010: 8)
menyatakan bahwa logika ini mengekspresikan hubungan antarkejadian dan kualitas
atau menghubungkan dan mengorganisir argumen atau bukti di dalam suatu wacana.
Hubungan konjungtif yang menghubungkan kejadian dan kualitas disebut hubungan
konjungtif eksternal, sedangkan hubungan konjungtif yang mengorganisir argumen,
bukti, dan simpulan disebut hubungan konjungtif internal.
Makna
utama hubungan konjungtif di dalam logika wacana dapat dibedakan menjadi empat
macam, yakni penambahan, pembandingan, waktu, dan konsekuensi. Penggunaan
kata-kata yang dapat digunakan untuk menyampaikan masing-masing hubungan
konjungtif tersebut harus dilakukan dengan tepat agar tidak terjadi kerancuan
dalam logika wacana, terutama dalam tulisan yang mendeskripsikan penelitian
ilmiah.
2.
Objek
Analisis Kesalahan Berbahasa
Objek
analisis kesalahan berbahasa tidak berbeda dengan objek linguistik. Artinya
yang dijadikan objek analisis kesalahan berbahasa adalah secara umum pemakaian
bahasa yang dilakukan oleh peserta didik. Namun bukan semua jenis pemakaian
bahasa menjadi objek analisis kesalahan berbahasa, melainkan hanya pemakaian
bahasa yang bersifat formal atau resmi, antara lain pemakaian bahasa tulis pada
laporan penelitian, karya ilmiah (skripsi, tesisi, disertasi, dan makalah),
laporan kegiatan (seperti kegiatan workshop, lokakarya, seminar, praktik kerja
lapangan, dan lain-lain).
Objek
analisis kesalahan adalah bahasa. Oleh
sebab itu analisis kesalahan dalam
pembicaraan ini identik dengan analisis kesalahan berbahasa. Analisis kesalahan
menitikberatkan analisisnya pada bahasa ragam formal. Seperti kita ketahui dilihat dari ragam pemakaiannya bahasa itu
dibedakan atas bahasa ragam santai
dan bahasa ragam formal. Bahasa ragam formal digunakan orang pada situasi formal seperti berpidato, berceramah, khotbah,
berdiskusi, berseminar, berkongres,
berkonferensi, bermusyawarah, dosen memberikan kuliah, guru mengajar di depan kelas, dan sebagainya yang jelas bahasa
yang digunakan dalam situasi
resmi.
Analisis kesalahan ditekankan pada proses belajar B2
(termasuk bahasa asing). Dengan
demikian objek analisis kesalahan adalah bahasa siswa yang sedang mempelajari B2 atau bahasa asing. Objek yang lebih khusus
lagi adalah kesalahan bahasa
siswa yang bersifat sistematis dan menyangkut analisis kesalahan yang berhubungan dengan keterampilan berbahasa (menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis), tata bunyi, tata bentuk kata, tata kalimat,
dan tata makna.
Sebagai seorang guru atau calon guru yang sedang
berpraktik mengajarkan bahasa
Indonesia, apabila diperhatikan dengan saksama, Anda akan menemukan kesalahan-kesalahan yang dibuat siswa.
Kesalahan-kesalahan itu ternyata dapat Anda
pilah dalam dua kategori, yaitu kategori kesalahan dalam bidang
keterampilan dan kesalahan dalam bidang
linguistik. Kesalahan yang berhubungan dengan keterampilan terjadi pada saat siswa menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis.
Sedangkan kesalahan dalam bidang linguistik meliputi tata bunyi, tatabentuk kata, dan tata kalimat.
Temuan-temuan Anda ini sangat menarik dan segera diatasi
agar proses belajar-mengajar berhasil dengan baik. Dengan demikian permasalahan
yang ditangani analisis
kesalahan berbahasa itu berkisar pada kesalahan dalam keterampilan berbahasa dan kesalahan dalam kebahasaan
(linguistik)
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dari penjelasan diatas
dapat kami simpulkan bahwa kesalahan adalah sisi yang memiliki cacat pada
ujaran atau tulisan. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau
komposisi yang menyimpang dari norma atau norma yang dipilih dari penampilan
orang dewasa. Hal itu dapat diketahui bahwa kesalahan adalah norma-norma bahasa
yang telah disebutkan dalam bahasa Indonesia. Kesalahan bisa dilakukan oleh
siapa saja. Kesalahan akademik dengan penulisan
bahasa,baik Perjuangan bahasa pertama juga Perjuangan kedua.
Kesalahan geografis tersebut ganti
pencapaian tujuan bahasa kiamat Kesalahan
Berbahasaharus dikurangi bahkan dapat dihapuskan. Kesalahan-kesalahan
yang sering terjadi dan banyak terjadi pada diskusi-sentuhan ilmiah.
Dalam analisis
kesalahan berbahasa dibahas masalah tentang kesalahan bahasa (error) dan
kekhilafan atau kekeliruan (mistake). Kesalahan bahasa mengacu pada
penyimpangan kaidah (struktur atau tata bahasa) bahasa yang baku. Kekhilafan
atau kekeliruan mengacu pada penyimpangan tataran strategi performasi bahasa.
Ukuran atau parameter penyimpangan untuk bahasa Indonesia terjadi apabila
penggunaan bahasa Indonesia itu tidak baik dan tidak benar. Kekhilafan atau
kekeliruan (mistake) selalu terjadi pada anak (siswa) yang berada dalam proses
pemerolehan dan pembelajaran bahasa. Kekhilafan itu memiliki sifat yang acak,
tidak sistematis, tidak permanen (temporer) dan bersifat individual. Itu
merupakan wujud kreativitas anak dalam mengonstruksi kemampuan berbahasanya.
B.
Saran
Saran Untuk
meminimalkan kesalahan berbahasa dalam karangan, hal-hal yang dapat dilakukan
guru, siswa, maupun sekolah antara lain : 1. siswa hendaknya memperluas
pengetahuan tentang kaidah bahasanya, aktif bertanya kepada guru jika mengalami
kesulitan, dan sering berlatih menulis; 2. guru hendaknya memberikan pengetahuan
tentang kaidah bahasa kepada siswa di setiap proses pembelajaran menulis,
menggunakan pendekatan proses dalam pembelajaran menulis, dan senantiasa
memperluas kosa kata dan memberi contoh terkait dengan penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar baik secara lisan maupun tertulis; 3. pihak
sekolah hendaknya berkenan melengkapi sumber pustaka terkait yang memadai
seperti buku-buku seputar karang-mengarang, EYD, media massa, dan sebagainya.
Selain itu, pihak sekolah dalam setiap menerbitkan pengumuman maupun
surat-surat lain di sekolah sebaiknya juga tetap menerapkan dan memperhatikan
penulisan yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Hal itu menunjukkan bahwa
pihak sekolah pun juga bertanggung jawab terhadap pembinaan bahasa Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
http://file.upi.edu/Direktori/DUALMODES/PEMBINAAN_BAHASA_INDONESIA_SEBAGAI_BAHASA_KEDUA/10_BBM_8.pdf